LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM
KETERAMPILAN
KIMIA
“PEMBUATAN
LILIN AROMATERAPI”
oleh
:
Kelompok
III
1.
Nur Alfi Aulia Julita (18312241046)
2. Endah Rachmatiningrum (18312241048)
3. Amelia Rizki
Oktarofianti (18312241050)
4. Nur Fina Ridhawati (18312241062)
5. Isna Hajar Pratiwi (18312241070)
6. Amalia Rahma Nugraheni (18312241072)
7. Galuh Cakra Nilanta (18312241074)
JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2019
A.
Judul
Pembuatan Lilin Aromaterapi
B.
Tujuan
1.
Mengetahui cara
membuat lilin aromaterapi.
2.
Mengetahui
fungsi masing- masing bahan dalam proses pembuatan lilin aromaterapi.
C. Dasar Teori
Parafin
adalah bahan baku
lilin yang biasa
digunakan, parafin adalah
nama umum untuk hidrokarbon alkana dengan formula CnH2n+2. Lilin parafin
merujuk pada benda padat dengan n=20 (Murhananto,1999).
Lilin adalah sumber penerangan yang
terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19,
bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi
(yang banyak mengandung
asam stearat). Dalam
kimia, parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkana
dengan formula CnH2n+2 (Saraswati, 1985).
Molekul
parafin paling simpel
adalah metana, CH4,
sebuah gas dalam temperatur ruangan. Anggota sejenis ini
yang lebih berat, seperti oktan C8H18, muncul sebagai cairan pada temperatur
ruangan. Bentuk padat parafin, disebut lilin parafin, berasal dari molekul
terberat mulai C20H42 hingga C40H82.
Lilin parafin pertama ditemukan oleh Carl Reichenbach tahun
1830 (Ketaren, 1986).
Parafin, atau hidrokarbon parafin, juga
merupakan nama teknis untuk sebuah alkana pada umumnya, tetapi dalam beberapa
hal kata ini merujuk pada satu linear, atau
alkana normal -
di mana bercabang,
atau isoalkana juga
disebut isoparafin. Berbeda dari
bahan bakar yang dikenal di Britania dan Afrika Selatan sebagai minyak parafin
atau hanya parafin, yang disebut sebagai kerosin di sebagian besar AS,
Australia dan Selandia Baru (Ketaren, 1986).
Namanya berasal dari kata Latin parum (=
jarang) + affinis dengan arti seluruhnya
"sedikit
affinitas", atau "sedikit
reaktivitas". Ini diakibatkan
oleh alkana yang non kutub dan
sedikit gugus fungsional-nya, sangat tidak reaktif (Britania, 1991).
Lilin aromatherapy adalah salah satu
adalah salah satu bentuk diservikasi dari produk lilin, yaitu aplikasi lain
dari cara inhalasi atau penghirupan aromatherapy. Aroma yang
muncul saat lilin
dibakar akan memberikan
rasa tenang, rileks,
dan nyaman (Primadiati, 2002).
Paraffin merupakan suatu hidrokarbon
yang bentuknya dapat berupa gas tidak berwarna, cairan putih, atau bentuk padat
dengan titik cair rendah. Umumnya paraffin terkandung dalam minyak bumi yang
struktur molekulnya terdiri dari normal paraffinya itu normal oktadekana,
normal heksaoktana, iso-parafin, sedikit sikloparafin dari senyawa aromatic.
Paraffin terdiri dari tiga jenis, yaitu; soft paraffin wax (30o-42oC),medium
paraffin wax (44 o -46oC), dan hard paraffin wax (50o-65oC)
(Saraswati, 1985).
Pada
pembuatan lilin, stearin
perlu dipanaskan. Tujuan
dilakukannya pemanasan pada stearin adalah untuk mencairkan stearin yang
semula berwujud padat pada titik lelehnya yaitu sekitar 69,6 o C.
fungsi dari stearin adalah untuk memberi bentuk pada lilin yang dibuat, karena
stearin akan menjadi padat setelah mendingin. Sebelum stearin memadat, terlebih
dahulu ditambah paraffin dan pewarna. Fungsi paraffin sebagai bahan bakar untuk
lilin agar dapat terbakar. Selain itu tujuan pencampuran antara paraffin dan
stearin adalah agar parfin yang dimasukkan dapatkeras karena sifat dasar dari
paraffin adalah cenderung lembek dan lentur di bawahtitik leburnya,
maka digabungkan dengan
stearin. Bersama stearin
paraffin akan menjadi lilin
batangan (Primadiati, 2002).
Asam stearate (Stearic Acid) adalah asam
lemak jenuh yang memiliki berbagai kegunaan seperti sebagai komposisi tambahan
dalam makanan, kosmetik, dan produk industri. Asam stearate diekstrak dari
berbagai jenis lemak hewani, lemak nabati, dan beberapa jenis minyak lainnya.
Senyawa ini juga banyak digunakan untuk mengubah konsistensi atau suhu leleh
suatu produk sebagai pelumas, atau
untuk mencegah oksidasi
(Sumardjo,2006).
D. Metodologi
Percobaan
1. Waktu
dan Tempat
a. Waktu : Jumat, 22 November
2019, pukul 07.30- 09.10
WIB.
b. Tempat
: Laboratorium IPA, FMIPA, UNY.
2. Alat
dan Bahan
a. Alat
1)
Beaker glass 7)
Cetakan lilin
2)
Erlenmeyer 8)
Kaki tiga
3)
Batang pengaduk 9)
Bunsen
4)
Sumbu lilin 10)
Kompor gas
5)
Penjepit 11)
Penangas air
6)
Thermometer 12)
Panci
b. Bahan
1)
Parafin 50 gr
2)
Asam stearate 5 gr
3)
Pewarna lilin
4)
Aromaterapi oil
3. Langkah Kerja
E. Data Hasil
1.
Organoleptik
a)
Warna : Hijau
b)
Tekstur : Padat dank eras
c)
Perabaan : Halus
2.
Rendemen berat
a)
Parafin
+ asam stearate :
55 gr
b)
Lilin :
51,63 gr
3. Uji nyala
Lilin
langsung menyala ketika dinyalakan, selanjutnya ketika api mengenai lilin,
lilin mencair lalu setelah api mati, lilin memadat kembali.
F. Analisis
Data
Rendemen berat lilin = (massa lilin / (massa parafin + asam stearat))× 100 %
= (51,63 / 55) × 100 %
= 93 %
G. Pembahasan
Laporan praktikum keterampilan kimia
yang berjudul “Pembuatan Lilin Aroma Terapi” ini bertujuan untuk mengetahui
cara membuat lilin aroma terapi dan mengetahui fungsi masing-masing bahan dalam
proses pembuatan lilin aroma terapi.
Praktilum ini dilaksanakan pada hari
Jumat, 22 November 2019 pada pukul 07:30-09:20 WIB di Laboratorium IPA F MIPA
Universitas Negeri Yogyakarta.
Adapun alat dan bahan yang praktikan
gunakan antara lain gelas beker, erlenmeyer, batang pengaduk, sumbu
lilin,penjepit, termometer, cetakan lilin, kaki tiga, bunsen, kompor gas,
penangas air, panci, parafin 50 gram, asam stearat 5 gram, pewarna lilin, dan
aroma terapi oil.
Langkah yang praktikan lakukan yaitu
pertama-tama praktikan menyiapkan alat dan bahan, kemudian praktikan memanaskan
parafin dalam penangas air hingga meleleh. Selanjutnya praktikan memanaskan
stearat pada tempat lain hingga meleleh, celupkan sumbu lilin ke dalam lelehan
stearate. Kemudian mencampurkan pewarna secukupnya ke dalam lelehan stearat,
mengaduk hingga homogen. Lalu praktikan memasukkan stearat ke dalam gelas beker
yang berisi parafin. Mengaduk hingga homogen, dan menambahkan minyak nilam dan
minyak aromaterapi (pada suhu 40ᵒC), tetap mengaduk agar homogen. Selanjutnya
Meletakkan sumbu ditengah dan menuangkan pada cetakan. Lilin perlu ditunggu
selama 24 jam agar mengeras.
Lilin adalah sumber penerangan yang
terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19,
bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi
(yang banyak mengandung
asam stearat). Dalam
kimia, parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkana
dengan formula CnH2n+2 (Saraswati, 1985).
Pada pembuatan lilin ini, praktikan
menggunakan parafin sebagai bahan utama dimana menurut Saraswati (1985),
Paraffin merupakan suatu hidrokarbon yang bentuknya dapat berupa gas tidak
berwarna, cairan putih, atau bentuk padat dengan titik cair rendah. Umumnya
paraffin terkandung dalam minyak bumi yang struktur molekulnya terdiri dari
normal paraffin yaitu normal oktadekana, normal heksaoktana, iso-parafin,
sedikit sikloparafin dari senyawa aromatic.
Alasan parafin digunakan sebagai bahan
utama adalah karena parafin memiliki titik cair yang relatif rendah.
Parafin ini dipanaskan dan dicampur
dengan stearat dengan tujuan agar parfin yang dimasukkan dapat keras karena
sifat dasar dari paraffin adalah cenderung lembek dan lentur di bawah
titik leburnya, maka
digabungkan dengan stearin.
Bersama stearin paraffin
akan menjadi lilin batangan.
Adapun tujuan dari pemanasan lilin yaitu
untuk membuat parafin menjadi cair, karena bentuk asli parafin adalah solid
atau keras. Hal ini sesuai dengan teori menurut Primadiati (2002) bahwa, pada
pembuatan lilin, stearin perlu dipanaskan. Tujuan dilakukannya pemanasan pada
stearin adalah untuk mencairkan stearin yang semula berwujud padat pada titik
lelehnya yaitu sekitar 69,60C.
Kemudian pemberian sumbu dan pewarna,
pemberian pewarna hanya bertujuan untuk menambah daya tarik lilin tersebut.
Setelah lilin dicetak, lilin memerlukan waktu untuk mengeras. Setelah jadi,
praktikan menguji lilin tersebut dengan beberapa pengujian.
Pertama, praktikan mengamati
organoleptik dari lilin tersebut, terlihat bahwa lilin tersebut berwarna hijau
muda dengan tekstur yang padat dan keras, tetapi perabaannya halus. Padatnya
lilin menunjukkan bahwa parafin dan stearat bercampur dengan baik, sebagaimana
teori oleh Primadiati (2002), bahwa paraffin dan stearin adalah agar parfin
yang dimasukkan dapatkeras karena sifat dasar dari paraffin adalah cenderung
lembek dan lentur di bawahtitik
leburnya, maka digabungkan
dengan stearin. Bersama
stearin paraffin akanmenjadi lilin batangan.
Kedua, praktikan melakukan rendemen
berat untuk mengetahui berapa persen massa lilin yang dihasilkan dari total
massa bahan. Pada uji ini, didapati bahwa massa awal bahan yaitu 55 gram, dan
massa akhir dari lilin tersebut yaitu seberat 51, 63 gram. Sehingga persen
massa lilin yang dihasilkan dari total massa bahan yaitu 93%. Massa yang
semakin kecil ini diakibatkan oleh penguapan bahan pada saat pembuatan.
Rendemen lilin perlu diuji dan diperhitungkan dengan tujuan supaya massa akhir
lilin dapat diperkirakan sejak pembuatan.
Ketiga, praktikan melakukan uji nyala
terhadap lilin tersebut dan teramati bahwa lilin langsung menyala ketika
dinyalakan, selanjutnya ketika api mengenai lilin, lilin mencair tidak terlalu
cepat, selain itu api dapat bertahan lama, setelah api dimatikan, lilin memadat
kembali. Hal ini menunjukkan bahwa lilin berhasil dibuat dengan baik.
H. Kesimpulan
1. Cara
membuat lilin aromaterapi yaitu:
a. Memanaskan
parafin dalam penangas air hingga meleleh.
b. Memanaskan
stearat pada tempat lain hingga meleleh.
c. Mencampurkan
pewarna secukupnya ke dalam lelehan stearat serta mengaduk nya hingga homogen.
d. Memasukkan
stearat ke dalam gelas beker yang berisi parafin, mengaduk nya hingga homogen.
e. Menambahkan
minyak aromaterapi dan mengaduknya hingga homogen.
f. Meletakkan
sumbu di tengah dan menuangkannya pada gelas/cetakan.
g. Menunggu
selama 24 jam sampai lilin memadat.
2. Fungsi
masing- masing bahan dalam proses pembuatan lilin aromaterapi yaitu:
a. Parafin : Sebagai bahan bakar
pembuatan lilin.
b. Asam
stearat : Untuk memadatkan,
memperkuat lilin, dan
meningkatkan ketahanan atau konsistensi nyala lilin.
c. Pewarna
lilin : Sebagai pemberi warna
pada lilin.
d. Minyak
aromaterapi : Sebagai pemberi aroma pada
lilin.
I. Jawaban
Pertanyaan
1. Fungsi
penambahan masing-masing bahan pada pembuatan lilin aromaterapi diantaranya
yaitu :
a. Parafin : Sebagai bahan bakar
pembuatan lilin.
b. Asam
stearat : Untuk
memadatkan, memperkuat lilin, dan meningkatkan ketahanan atau konsistensi nyala lilin.
c. Pewarna
lilin : Sebagai pemberi
warna pada lilin.
d. Minyak
aromaterapi : Sebagai pemberi aroma
pada lilin.
2. Saat
melelehkan parafin harus menggunakan panci khusus atau penangas air karena
suapaya suhu untuk melelehkan lilin tidak terlalu tinggi. Parafin akan meleleh
pada suhu kisaran 50 ⁰C
– 60 ⁰C.
Jika suhu terlalu tinggi maka akan menyebabkan cairan menguap.
3. Pewarna
yang digunakan dalam pembuatan lilin adalah pewarna minyak karena pewarna
minyak dapat bercampur secara homogen dengan lilin, sedangkan jika menggunakan
pewarna yang larut dalam air, pewarna tersebut tidak akan larut dalam minyak
sehingga akan menggumpal didasar lilin.
4. Pembakaran
parafin merupakan pembakaran hidrokarbon sempurna yang akan menghasilkan gas
karbon dioksida (CO2) dan air. Pembakaran ini lebih efektif
dikarenakan termasuk pembakaran sempurna yang menghasilkan gas karbon dioksida
(CO2) dan air berbeda dengan pembakaran tidak sempurna yang akan menghasilkan
karbon monoksida (CO) yang lebih berbahaya dibandingkan (CO2) jika dihirup.
Hasil pembakaran ini tidak terlihat karena berupa gas.
DAFTAR
PUSTAKA
Britania. 1991. Parrafin Bahan Pembuat Lilin
(terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Lemak dan
Pangan.
Jakarta : UI Press.
Murhananto, Ria Aryasatyani. 1999. Membuat dan
Mendekorasi Lilin. Jakarta : PuspaSwara.
Primadiati, Rahmi. 2002. Aromatherapi : Perawatan
Alami untuk Sehat dan Cantik. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Saraswati.
1985. Berkreasi dengan Lilin. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan
Kuliah Mahasiswa.Kedokteran dan Program
Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Penebit Buku
Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar